Sebuah karya fiksi merupakan sebuah bangunan cerita yang menampilkan
sebuah dunia yang sengaja dikreasikan pengarang. Wujud formal itu
sendiri hanya berupa kata-kata. Kata merupakan sarana pegucapan sastra.
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang
bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai
bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan lain secara
eratdan saling menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah
totalitas, unsu kata, bahasa, misalnya, merupakan bagian dari totalitas
itu, salah satu unsur pembangun cerita itu.
Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama
membentuk sebuah totalitas itu di samping unsur formal bahasa masih
banyak lagi macamnya. Namun secara tradisional dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam pembahasan
makalah ini penulis lebih condong membahas unsur intrinsik yang
membangun novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri.
Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung
turut serta membangun cerita. Kepaduan antar bebagai unsur intrinsik
inilah yang membuat sebuah novel berwujud.
Unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah novel antara lain peristiwa,
cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, bahasa atau gaya
bahasa dan lain-lain.
Adapun pemaparan mengenai unsur intrinsik serta kepaduan antara unsur
yang membangun novel Negeri 5 Menara adalah sebagai berikut:
1. Tema
Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu dipesantren dimana
kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar.
Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan novel berikut:
Bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci otak, metode total immersion
ini cocok dengan lingkungan yang sangat mendukung. Tidak cukup dengan
itu, entah siapa yang menyuruh, banyak diantra kami yang membawa kamus.
Kalau bukan kamus cetak, kami pasti membawa buku mufradhat, buku tulis
biasa yang dipotong kecil sehingga lebih tipis dan gampang dibawah
kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang ditemukan
sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan
olahraga sekalipun.( hal. 133-135 ).
2. Plot/Alur
Alur dari Novel Negeri 5 Menara adalah alur maju-mundur. Dimana cerita
adalah kilas balik ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimbah
ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa
kini.
Kutipan Novel:
Washington DC, Desember 2003, jam 16.00
Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya
dengan ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung
parlemen Amerika Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan
tonggak-tonggak besar. Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh
ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku.( hal.1 )
Aku tegak di atas aula madrasah negeri setingkat SMP. Sambil
mengguncang-guncang telapak tanganku, Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku
memberi selamat karena ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di
Kabupaten Agam.(hal. 5)
London, Desember 2003
Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa lebih menggigil dari
Washington DC. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu
lepas membumbung tinggi. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan
menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami
masing-masing.( hal. 405 )
3. Tokoh dan Penokohan
Adapun tokoh dan penokohan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah
a. Alif (tokoh utama) dalam novel ini adalah tokoh yang protagonis. Alif
digambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat,
semangat untuk maju dan tidak kenal menyerah.
b. Baso dalam novel ini tokoh yang protagonis. Baso adalah teman Alif
merupakan anak yang paling rajin dan paling bersegera disuruh ke mesjid.
c. Raja dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara
d. Said dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara.
e. Dulmajid dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara
f. Atang dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara.
g. Ustad Salman dalam novel ini tokoh yang protagonis. Wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang.
4. Latar
Latar dari novel ini yaitu di Pondok Madani hal ini didukung oleh
tema yang ada yaitu pendidikan. Karakter tokoh utama juga mendukung
latar yang ada.
Kutipan Novel:
Pondok Madani diberkti oleh energi yang membuat kami sangat menikmati
belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya
membuat orang yang tidak belajar menjadi orang aneh. Karena itu cukup
sulit menjadi pemalas di PM. (hal. 264 ).
5. Sudut Pandang
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini
dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Kutipan Novel:
Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama.
Tapi aku juga iri. Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku
menghela napas dan menatap kosong kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh
terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus. Aku jera menjadi drakula. ( hal.
102-103).
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif.
Dari tiap kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup yang
mendasari bangktnya semangat untuk mencapai harga diri, prestasi dan
martabat diri.
Kutipan Novel:
Dulu kami melukiss langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung
tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras
awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang sangat percaya bahwa
awan itu berbentuk Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks
Asia, sedang Said dan Dulmajid awan itu berbentuk peta negara kesatuan
Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi. Meski juga kami tidak tahu
bagaimana merealisasikannya. Tapi lihat hari ini, setelah kami
mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim
benua impian kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan
impian, kini hidup yang nyata. ( hal. 405 ).
7. Amanat
Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan
penulis bagi pembaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat
bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.
Kutipan Novel:
Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. ( hal.405 ).